Refleksi Perkuliahan Rabu, 1 April 2015
"Semantik dan Sintaknya Pembelajaran"
Dalam bahasa terdapat
dua hal yang perlu dipahami yaitu semantik dan sintaks. Jika dunia itu
dibongkar hanya terdiri dari sintaks dan semantik. Semantik adalah maknanya
sedangkan sintaks adalah kerangkanya. Semantik itu yang ada di bumi beserta
contohnya, lain halnya dengan sintaks yang berada d langit seperti contohnya
PR, baju, wadah, kerangka, logika. Bahkan yang kita lihat itu merupakan bagian
dari sintaks.
Dalam kuliah
Learning Trajectory agar mengetahui esensinya tentang bagaimana guru saat
melaksanakan proses pembelajaran, bagaimana siswa belajar, serta bagaimana
siswa berpikir maka diharuskan untuk mengetahui teori yang mendasarinya.
Melalui berbagai macam teori belajar mengajar itu hakikatnya sebagai calon
pendidik kita akan menjadi tahu peranannya.
Mulai dari teori behaviorisme (tokohnya adalah B. F. Skinner yang
menekankan pada operan kondisioning; sementara Albert Bandura menekankan pada
teori belajar sosial bahwasannya perilaku, lingkungan, dan kognisi akan
mempengaruhi perkembangan individuu); teori belajar kognitif (dengan tokohnya yaitu
Jean Piaget dan Vygotsky). Melalui berbagai teori-teori belajar inilah maka
muncul berbagai pendekatan pembelajaran diantaranya seperti konstruktivisme dan
muncul pula model pembelajaran misalkan Problem
Based Learning (PBL) dan Realistic
Mathematic Education (RME) yang menyesuaikan dengan pola perkembangan berpikir
anak ketika belajar.
Maka dari itu
sebagai mahasiswa diharapkan untuk mempelajarinya karena ini sebagai fasilitas
dan bekal pengetahuan sebelum mengajar. Jadi saat bermanfaat sekali jika Prof.
Marsigit memberikan berbagai refrensi teori belajar mengajar dengan membagikan
alamat link sebagai sumber belajar para mahasiswa. Itulah peran dosen sebagai
fasilitator yang memfasilitasi belajar mahasiswanya. Bahkan hal tersebut juga
akan berperan sekali sebagai bekal calon pendidik sewaktu mengajar
siswa-siswanya nanti di lapangan. Peran dosen dan peran guru sebagai
fasilitator yang bersifat demikian sama saja halnya dengan konsep ZPD (Zone of Proximal Development) dalam
teorinya Vygotsky. Zone
of Proximal Development (ZPD) diartikan
sebagai:
“Jarak
antara tingkat perkembangan actual yang ditentukan oleh pemecahan masalah
secara independen dan tingkat perkembangan potensial yang ditentukan lewat
pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau dalam kolaborasinya
dengan rekan-rekan yang lebih mampu”.
Dengan kata
lain, ZPD adalah area di mana anak tidak bisa memecahkan masalah sendirian tapi
berhasil dapat menyelesaikannya di bawah bimbingan atau bekerja sama dengan
orang dewasa atau teman sebaya yang lebih maju. Baik Prof. Marsigit selaku
dosen maupun guru sebagai pendidik dalam membelajarkan siswanya secara tidak
langsung berarti telah menerapkannya, karena pentingnya peran orang dewasa atau
pengasuh dalam membimbing pembelajaran siswa. Hal ini sangat memungkinkan pembelajaran
dapat berlangsung. Kuncinya adalah pada akhirnya siswa akan dapat melakukan
tugas yang sama atau memahami konsep dengan bantuan dari rekan atau pendidik.
Namun, pendidik, orang tua, dan rekan-rekan yang kompeten harus mengingat bahwa
kegiatan di mana anak terlibat menjadi tidak terlalu sulit atau terlalu
sederhana, yang mengarah pada pertumbuhan dan pembelajaran yang sukses.
Konsep
di atas sama seperti dengan semboyan pendidikan yang diusung oleh Ki
Hajar Dewantara yaitu ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karsa, tut wuri
handayani. Tetapi penekanannya
dalam hal ini jika dikaitkan lebih kepada “Ing madya mangun karsa”. Ing Madya artinya di tengah-tengah, membangun
berarti membangkitan atau menggugah, dan karsa diartikan sebagai bentuk kemauan
atau niat. Jadi maknanya adalah seseorang ditengah kesibukannya juga mampu membangkitkan
atau menggugah semangat. Karena itu peran pendidik atau guru sebagai
fasilitator harus mampu memberikan fasilitas belajar untuk siswa berdasarkan
apa yang siswa dapat kerjakan dan berdasarkan dengan apa yang guru bisa bantu. Seorang
guru juga harus mampu memberikan inovasi-inovasi dalam lingkungan belajar dengan
menciptakan suasana yang lebih kodusif untuk mencapai tujuan belajar. Jika
seseorang terancam tidak mau belajar maka pengetahuannya akan mengeras menjadi
batu, oleh karena itu manusia dibekali oleh Tuhan dengan akal dan kemampuannya
harus memanfaatkan dengan baik salah satunya adalah belajar, berdoa, beribadah,
dan melakukan kegiatan-kegiatan positif serta bermanfaat untuk dirinya dan
lingkungannya.
Pada tahun 400
sebelum Masehi seorang Konfusius yang merupakan guru agung yang berasal dari
dataran Tiongkok dikenal dengan ajarannya yang syarat akan moralitas atau
kebajikan sebagai landasan utama untuk menjalani kehidupan yang harmonis. Selama
hidupnya mengabdikan diri pada kegiatan belajar mengajar. Ia sangat menyukai
belajar dan Ia belajar sejak kecil hingga akhir hayatnya. “Tell me, and I will forget. Show me, and I may remember. Involve me, and
I will understand” yang artinya “Katakan kepada saya, maka saya akan lupa.
Tunjukan kepada saya, saya mungkin akan ingat. Libatkan saya, maka saya akan
mengerti”. Hal tersebut memberikan suatu maksud bahwa seorang pendidik atau
guru harus melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar mengajar agar
siswa dapat memahami pembelajaran. Dalam belajar harus semantic, siswa harus
memahami dengan mencari tahu secara langsung atau melibatkan diri dalam proses
belajarnya. Ingat bahwa membimbing adalah memberdayakan, jadi jangan ciptakan ketergantungan.
Apabila siswa pasif di kelas maka lama kemudian aktivitas siswa akan sangat
bergantung kepada gurunya. Oleh karena itu sudah saatnya paradigma pendidikan
di Indonesia mulai harus menerapkan pembelajaran yang berpusat pada aktivitas
siswa (student centered).
Satu hal lagi
yang tidak boleh luput dari perhatian adalah bahwa anak pada saat mengikuti
proses pembelajaran di kelas hendaknya guru menciptakan suasana yang senang dan
nyaman, ini akan berakibat mudahnya siswa untuk mengikuti pembelajaran sehingga
hasil yang dicapai akan maksimal. Tidak mungkin apabila siswa belajar di bawah
tekanan maka hal itu akan berakibat siswa menjadi tidak nyaman dalam belajar. Maka
saatnya kreativitas guru mulai dibutuhkan untuk mengkondusifkan suasana kelas
sehingga tercipta kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan yang akan
menjadikan semua menjadi terasa nyaman.
Sumber:
http://powermathematics.blogspot.com/2015/03/referensi-berbagai-teori-belajar-dan.html#more
http://etec.ctlt.ubc.ca/510wiki/vygotsky%27s_zone_of_proximal_development
Oleh:
Awal Nur Kholifatur Rosyidah
14712251021
Pendidikan Dasar Konsentrasi
Praktisi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar