“Membangun Learning Trajectory dan Menerapkan ke Dalam Teaching
Trajectory”
Pada perkuliahan kali
ini Prof. Marsigit melanjutkan untuk memaparkan bagian dari learning trajectory yaitu mengenai teaching trajectory. Membahas teaching trajectory berarti membicarakan
tentang bagaimana cara guru mengajar, bagaimana guru menyelenggarakan
pembelajaran kepada siswa, bagaimana guru memenuhi kebutuhan belajar siswa yang
dikemas secara inovatif dan bermakna.
Praktik guru ketika
mengajar harus terdapat unsur formal dokumen resmi yang mendasarinya mulai
diatur dari UUD 1945, UU Sisdiknas, Peraturan Pemerintah, Peraturan Mentri,
kurikulum, silabus, RPP, Lembar kerja, dan sistem evaluasi yang akan digunakan.
Komponen-komponen inilah yang mendasari terlaksananya pembelajaran di kelas.
lebih-lebih pada komponen perangkat pembelajaran, itu harus dipersiapkan guru
secara continue sebelum dan selama
pembelajaran. Saat guru memberikan materi pelajaran kepada siswanya harus
disesuaikan dengan konteks pengalamannya, termuat dalam aspek material yang
terdiri dari unsur sastra, unsur budaya, dan unsur fisik.
Hakikat belajar
dan mengajar mampunyai komponen-komponen dalam menyusunnya. Dimana semua
komponen selalu terdapat wadah dan isi. Wadah berubah menjadi sintaks, sedangkan
isi berubah menjadi kategori-kategori. Makna itu selalu ada dalam wadah.
Sedangkan isinya berupa pengetahuan. Jika guru melaksanakan pembelajaran hanya
mengandalkan kegiatan menerangkan dan memberi latihan soal tanpa melibatkan
siswa untuk penyusunan konsep, tanpa melakukan inovasi maka guru tersebut hanya
sebagai pelaksana, sebatas menggugugurkan kewajiban mengajar kepada siswa saja
tetapi tanpa memberikan feedback kepada siswa tentang pembelajaran yang sudah
diajarkan. Guru tidak akan mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terkait
dengan materi yang diajarkan jika selama pembelajaran tidak ada bentuk
komunikasi dua arah antara guru dengan siswa karena pemikiran guru dalam kasus
ini ketika mengajar hanya sebatas transfer pengetahuan bukan membangun ilmu
pengetahuan. Keadaan seperti inilah yang salah kaprah, karena komunikasi
sebagai bentuk interaksi yang dibangun antara guru dengan siswanya selama
pembelajaran menjadi sangat penting.
Melalui kegiatan
refleksi setelah akhir pembelajaran, guru harus memberikan kesempatan siswa
untuk bertanya terkait dengan ketidakpahaman, ketidakjelasan siswa saat
memahami materi dari penjelasan gurunya. Guru juga berhak mengukur kemampuan
siswa melalui evaluasi. Di akhir pelajaran guru berhak mengadakan sebuah tes kecil
sebagai bentuk penilaian untuk mengetahui kemampuan siswa terkait dengan
pelajaran yang baru diberikan. Dari penilaian tersebut akan menjadi tahu mana
siswa yang sudah paham, mana siswa yang belum paham. Untuk siswa yang belum
paham tindakan guru haruslah memberikan suatu bimbingan. Bimbingan atau
tambahan pelajaran wajib diberikan oleh guru kepada siswa-siswa yang belum
paham, karena hakikat guru yang sebenarnya adalah membangun
pengetahuan-pengetahuan kepada siswanya dengan target mampu mencapai indikator-indikator
pembelajaran yang sudah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.
Selama ini kita
mengetahui bahwa tidak banyak guru yang melaksanakan evaluasi setelah
pelaksanaan pembelajaran untuk mampu mencapai prosentase KKM kelas yang telah
ditetapkan hal ini yang perlu menjadi koreksi. Guru tidak serta merta
menyalahkan siswanya ketika siswa tidak mampu untuk menyelesaikan soal sebagai
bentuk evaluasi yang diberikan, nilai ulangan rendah sehingga belum mencapai
bahkan berada sangat di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan. Mengapa bisa seperti itu? Guru berserta praktisi pembelajaran harus
melakukan refleksi untuk pembenahan. Jika kita bandingkan antara pembelajaran
SD, SMP, dan SMA tentu berbeda. Sehingga guru harus menyesuaikan, antara
kemampuan berpikir dari masing-masing tingkatan sekolah. Dengan catatan harus
mengetahui refrensi berbagai macam teori belajar mengajar sehingga guru akan
mampu membelajarkan siswa. Selama ini ketika mengajar, guru tidak memahami dan
tidak menyesuaikan dengan perkembangan kemampuan berpikir siswa, hal ini
dikarenakan guru kurang mengetahui dan mengaplikasikan teori belajar mengajar.
Teori belajar mengajar sesungguhnya sangat membantu guru untuk memahami perkembangan
siswa dalam berpikir.
Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, terdapat berbagai macam teori belajar. Teori
belajar memegang peranan penting sebagai suatu ilmu atau pedekatan yang harus
dikuasai untuk melihat pendidikan dari segi psikologi, baik itu memiputi aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Guru sebagai
seorang pendidik professional diharapkan mampu manguasai berbagai teori
belajar. Hal ini dimaksudkan membantu guru mencari cara yang terbaik untuk
membantu siswa belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa banyak perbedaan pada
diri siswa. Sebuah kelas yang terdiri atas siswa heterogen dengan berbagai
keanekaragaman, baik dari latar belakang keluarga, sosial, ekonomi. Belum lagi
jika dilihat dari masalah motivasi belajar, ada siswa yang semangat dan serius
dalam belajar, ada pula siswa yang malas-malasan ketika belajar. Tidak saja
berhubungan denga bagaimana proses pembelajaran yang berlangsung, namun
pembelajaran diharapkan juga dapat membentuk karakter serta kepribadian yang
baik sebagai hasil belajar. Akan sangat sulit jika mengelola dan mengarahkan
sekian anak dalam proses pembelajarannya, namun guru dituntut untuk dapat
mengelola kelas baik secara klasikal maupun individual.
Penerapan
beberapa teori belajar dapat memberikan banyak manfaat, baik untuk guru, siswa,
maupun proses pembelajaran sendiri. Berikut adalah manfaat teori belajar bagi
guru:
1.
Sebagai pedoman atau landasan bagi guru untuk
melaksanakan proses pembelajaran.
2.
Membantu guru memahami bagaimana siswa belajar.
3.
Membantu guru mewujudkan pembelajaran yang lebih
efektif dan efisien.
4.
Membantu guru untuk merancang dan merencanakan
proses pembelajaran.
5.
Menjadi panduan guru dalam mengelola kelas.
6.
Membantu guru mengevaluasi atau menilai proses
pembelajaran.
7. Membantu guru memberikan dukungan dan bantuan
pada siswa agar dapat mencapai prestasi optimal dan sukses dalam belajar.
8.
Membantu guru membangun karakter pada diri
siswa.
Teori belajar diharapkan akan memberikan dasar yang sistematis
untuk merencanakan dan melakukan pengalaman pendidikan. Seorang guru
membutuhkan cara mengajar yang dapat menciptakan keyakinan siswa untuk
menempatkan penekanan lebih besar pada pengembangan dasar pemikirannya, dan
aktivitas mengajar bukanlah mengindoktrinasikan siswa untuk setiap
langkah-langkah yang mereka ambil di dalam kelas. Dengan teori belajar, guru
memiliki acuan untuk menetapkan cara mengajar yang dapat menciptakan pemahaman
belajar, dan siswa dapat mengkonstruksikan pemahamannya sendiri dari apa yang
dipelajarinya.
Teori Piaget
telah banyak berpengaruh terhadap desain dan model pembelajaran. Pembelajaran
yang berorientasi pada guru berubah menjadi berorientasi pada siswa. Hal ini
berarti bahwa faktor siswa menjadi hal yang utama dan harus diperhatikan dalam
membuat suatu desain pembelajaran. Sebagai contoh alur pembelajaran harus
dirancang sesuai dengan alur belajar siswa (learning
trajectory). Alur belajar adalah suatu rangkaian aktivitas yang dilalui
anak dalam memecahkan suatu masalah atau memahami suatu konsep.
Alur belajar
terdiri atas tiga komponen utama yaitu: tujuan belajar untuk pembelajaran
bermakna, sekumpulan tugas untuk mencapai tujuan-tujuan belajar, dan hipotesis
tentang bagaimana peserta didik belajar serta bagaimana peserta didik berpikir.
Tujuan belajar yang dimaksudkan dapat berupa memahami suatu konsep atau memecahkan
suatu permasalahan terkait pembelajaran. Alur pembelajaran terkait dengan
desain pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru di kelas. Melalui alur
belajar akan tergambar suatu skema pembelajaran yang harus ditempuh, serta
konsep yang dipelajari pada setiap langkah (Simon dalam Nurdin, Jurnal Edumatica,
2011-Vol. 01 No. 01: 2).
Secara umum
perkembangan kemampuan kognitif anak mulai dengan hal yang konkrit kemudian secara
bertahap mengarah ke hal yang abstrak. Bagi setiap siswa perjalanan dari
konkrit ke abstrak dapat saja berbeda. Ada yang cepat dan ada yang lambat. Bagi
yang cepat mungkin tidak memerlukan banyak tahapan, tetapi bagi yang lambat
akan perlu melalui banyak tahapan. Dengan demikian bagi setiap siswa mungkin
saja memerlukan learning trajectory
atau alur belajar yang berbeda.
Sebuah alur
belajar memberikan petunjuk bagi guru untuk menentukan dan merumuskan
tujuan-tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selanjutnya guru dapat membuat
keputusan-keputusan tentang langkah-langkah strategi yang akan digunakan untuk
mewujudkan tujuan-tujuan tersebut. Sebelum menentukan langkah-langkah yang akan
ditempuh dalam pembelajaran atau pemecahan masalah, guru seharusnya memiliki
terlebih dahulu informasi tentang pengetahuan prasyarat, strategi berpikir yang
digunakan siswa, level berpikir yang mereka tunjukkan dan bagaimana variasi
aktivitas yang dapat menolong guru mengembangkan pemikiran yang dibutukan untuk
tujuannya tersebut.
Sebenar-benarnya
hidup adalah meneliti. Guru hakikatnya adalah sebagai researcher, guru harus senantiasa melakukan penelitian. Dari teori
belajar mengajar, dari konteks pengalaman, dan dari perangkat pembelajaran
salah satu wujud nyata dipraktikkan dan direalisasikan dalam sebuah Proses
Belajar Mengajar (PBM) dengan memperhatikan cara berpikir siswa. Cara berpikir
siswa menurut apa yang dituturkan Prof. Marsigit dalam kuliahnya terdapat 3
unsur yaitu sikap, metode, dan materi atau isi. Salah satu contoh cara berpikir
siswa yang lain ditunjukkan dalam sebuah model pembelajaran misalnya Realistic Mathematic Eduacation (RME)
melalui kegiatan berpikir siswa dari tahapan konkret, model konkret, model
formal, dan formal. Sedangkan cara berpikir siswa merujuk pada teori belajar
Bruner terdiri dari tahapan berpikir enaktif, ikonik, dan simbolik.
Dilihat dari sisi
normatif dengan didukung oleh beragam teori belajar mengajar, dalam proses
menuju kompetensi yang akan dicapai yang terdiri dari will, attitude, knowledge, skill, dan experience. Semua kompetensi tersebut dapat dicapai oleh guru
ketika menyelenggarakan proses pembelajaran yang benar-benar bermakna, sehingga
kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan penanaman nilai melalui
pengalaman-pengalaman tersebut akan berhasil dilaksanakan oleh siswa. Sementara
itu jika dilihat dari sisi formal dokumen resmi pemerintah 2013 kompetensi itu
adalah Sistem Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi
Dasar (KD), ini yang menjadi tugas guru saat mengmbangkan proses pembelajaran. Oleh
karena itu selama praktik pembelajaran membutuhkan inovasi agar tercapai
pembelajaran yang bermakna, diantaranya dengan mengadakan penelitian dan mengaplikasikan
berbagai metode penelitian misalnya menggunakan eksplorasi dan studi kasus, tujuannya
adalah mengungkap, menyelidik dan mengetahui permasalahan tentang bagaimana
siswa belajar dan bagaimana siswa berpikir.
Sumber:
Nurdin, 2011. Trajectory
dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Edumatica Volume 01 Nomor 01, April
2011. ISSN: 2088-2157 File pdf.
Oleh:
Awal Nur Kholifatur Rosyidah
14712251021
Pendidikan Dasar
Konsentrasi Praktisi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar