Total Tayangan Halaman

Selasa, 28 April 2015

Identifikasi dan Pengembangan Pembelajaran Matematika di SD Menggunakan Pendekatan Gunung Es Matematika Realistik

Matematika merupakan suatu aktivitas manusia, karena itu siswa tidak bisa dianggap sebagai penerima pasif dari pembelajaran matematika, namun pembelajaran matematika hendaknya memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan kembali pengetahuan matematika dengan memanfaatkan berbagai kesempatan dan situasi nyata yang dialami oleh siswa itu sendiri.
Mempelajari berbagai situasi yang dapat menggambarkan beragam permasalahan akan merupakan suatu pengalaman pembelajaran yang berharga bagi siswa. Pembelajaran pada hakekatnya adalah konstruktivisme, karena pembelajaran adalah aktivitas siswa yang sifatnya proaktif dan reaktif dalam membangun pengetahuan. Diawali dengan menghubungkan matematika dengan situasi nyata, memberikan kesempatan untuk mengembangkan model matematika dan memahami lebih banyak hal pada tingkat yang lebih tinggi. Model-model yang berkembang berdasarkan kemampuan dan aktivitas siswa dapat menghantarkan siswa ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi. RME (Realistic Mathematics Education) dapat dimanfaatkan sebagai titik awal pengembangan ide dan konsep matematika karena melalui model ini lebih mengarahkan dan mengaitkannya pada dunia nyata. Artinya dunia nyata sebagai suatu dunia yang konkret yang disampaikan kepada siswa melalui aplikasi matematika.
Terdapat tiga prinsip kunci RME menurut Gravemeijer dalam (Supinah, 2009: 72-74) yaitu Guided re-invention, Didactical Phenomenology dan Self-delevoped Model.
1.         Guided Re-invention
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa dengan bantuan dari guru. Siswa didorong atau ditantang untuk aktif bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya. Pembelajaran tidak dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya diikuti contoh-contoh, tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau real atau nyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat ditemukan sifat, definisi, teorema, ataupun aturan oleh siswa sendiri.
2.         Didactical Phenomenology
Topik-topik matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan kontribusinya bagi perkembangan matematika. Pembelajaran matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi atau memberitahu siswa dan memakai matematika yang sudah siap pakai untuk memecahkan masalah, diubah dengan menjadikan masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba memecahkannya.
3.         Self-developed Models
Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual, siswa mengembangkan suatu model. Model ini diharapkan dibangun sendiri oleh siswa. kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan masalah secara mandiri atau kelompok, dengan sendirinya akan memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah buatan bagi siswa. Menurut Supinah (2009: 74) pada pembelajaran dengan Realistic Mathematics Education (RME) diharapkan terjadi urutan situasi nyata→ ”model dari situasi itu→ ”model kearah formal→”pengetahuan formal”.











       Dalam laporan penelitian yang berjudul “Pengembangan Kompetensi Guru Matematika SMP RSBI Melalui Lesson Study (Marsigit, dkk: 31) bahwa Realistics Mathematics Education (RME).meliputi kemampuan guru memfasilitasi belajar matematika melalui tahap-tahap pemanfaatan Dunia Nyata (R1), Pembentukan Skema (R2), Pembangun Pengetahuan (R3), dan Formal Abstrak (R4). Berikut adalah skema dari sebuah model Realistic Mathematics Education (RME).



Berikut ini ditampilkan deskripsi dan iceberg (pendekatan gunung es) pada proses pembelajaran menemukan luas persegi panjang. Langkah-langkah mulai dari menyajikan dalam dunia nyata hingga pada bentuk formal abstrak adalah sebagai berikut:


Berikut adalah deskripsi penjelasan dari masing-masing tahap pembelajaran pendekatan gunung es untuk menemukan luas persegi panjang.
Mata Pelajajaran          : Matematika
Kelas/ Semester           : 3 SD/ II
SK                              :  Menghitung keliling, luas persegi dan persegi panjang, serta penggunaannya dalam pemecahan masalah.
KD                                : 5.2 Menghitung luas persegi panjang

1.        Dunia Nyata
Melakukan Tanya jawab kepada siswa untuk menyebutkan macam benda berbentuk persegi pajang yang ada di lingkungan kelas dan lingkungan sekitar. Selanjutnya anak mengidentifikasi bahwa benda-benda yang telah disebutkan mempunyai panjang dan lebar.  
2.        Pembentukan Skema
Kaitkan benda-benda yang berbentuk persegi panjang dengan konsep pengubinan, misalkan lantai yang tersusun dari keramik. Memberikan pemahaman bahwa satu keramik yang tersusun dikatakan sebagai satu persegi satuan. Siswa menalar bahwa susuan persegi satuan tersebut dapat dihitung.
3.        Pembangun Pengetahuan
Menutup bangun persegi panjang dengan satuan luas berupa persegi satuan. Minta kepada siswa untuk membuat variasi persegi satuan lainnya dengan ukuran berbeda, dan seterusnya sehingga dapat dikembangkan sendiri dengan berbagai ukuran persegi panjang dan berbagai ukuran persegi satuan. Setelah itu hitung banyaknya persegi satuan yang menutupi daerah persegi panjang tersebut. Selanjutnya, masing-masing persegi panjang dalam berbagai variasi ukuran ditutup oleh persegi dalam berbagai ukuran, hanya pada satu baris dan satu kolom saja.  Kegiatan ini dilakukan untuk menentukan panjang dan lebar persegi panjang dalam persegi satuan yang digunakan. Dalam contoh di atas ditemukan bahwa panjangnya 8 satuan dan lebarnya 4 satuan. Jika dihitung hasil kali dari 8 dan 4 adalah 32 ( 8 x 4 = 32 persegi satuan) yang berarti senilai dengan luas persegi panjang yang telah dihitung langsung pada langkah sebelumnya.  
4.        Formal Abstrak
Siswa menyimpulkan bahwa kolom pada model persegi panjang yang digunakan adalah panjang (P), sedangkan barisnya menunjukkan lebar (l). Sehingga siswa dapat menyimpulkan bahwa luas persegi panjang adalah:
Luas persegi panjang = panjang x lebar
Atau L = P x l


Referensi:
Supinah dan Agus D.W,. 2009. Modul Matematika SD Program Bermutu, Strategi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika.

Marsigit, dkk. 2010. Laporan Penelitian Pengembangan Kompetensi Guru Matematika SMP RSBI Melalui Lesson Study. Yogyakarta: Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam-UNY. 


Oleh:
Awal Nur Kholifatur Rosyidah
14712251021
Pendidikan Dasar
Konsentrasi Praktisi (Guru Kelas)






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar