Identifikasi dan Pengembangan Pembelajaran
Matematika di SD Menggunakan Pendekatan Gunung Es Matematika Realistik
Matematika merupakan
suatu aktivitas manusia, karena itu siswa tidak bisa dianggap sebagai penerima
pasif dari pembelajaran matematika, namun pembelajaran matematika hendaknya
memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan kembali pengetahuan matematika
dengan memanfaatkan berbagai kesempatan dan situasi nyata yang dialami oleh
siswa itu sendiri.
Mempelajari berbagai
situasi yang dapat menggambarkan beragam permasalahan akan merupakan suatu
pengalaman pembelajaran yang berharga bagi siswa. Pembelajaran pada hakekatnya
adalah konstruktivisme, karena pembelajaran adalah aktivitas siswa yang
sifatnya proaktif dan reaktif dalam membangun pengetahuan. Diawali dengan
menghubungkan matematika dengan situasi nyata, memberikan kesempatan untuk
mengembangkan model matematika dan memahami lebih banyak hal pada tingkat yang
lebih tinggi. Model-model yang berkembang berdasarkan kemampuan dan aktivitas
siswa dapat menghantarkan siswa ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi. RME (Realistic Mathematics Education) dapat
dimanfaatkan sebagai titik awal pengembangan ide dan konsep matematika karena
melalui model ini lebih mengarahkan dan mengaitkannya pada dunia nyata. Artinya
dunia nyata sebagai suatu dunia yang konkret yang disampaikan kepada siswa
melalui aplikasi matematika.
Terdapat tiga prinsip kunci RME
menurut Gravemeijer dalam (Supinah, 2009: 72-74) yaitu Guided
re-invention, Didactical Phenomenology dan Self-delevoped
Model.
1.
Guided Re-invention
Memberikan
kesempatan bagi siswa untuk melakukan matematisasi dengan masalah kontekstual
yang realistik bagi siswa dengan bantuan dari guru. Siswa didorong atau
ditantang untuk aktif bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau
membangun sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya. Pembelajaran tidak
dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya diikuti
contoh-contoh, tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau real atau nyata
yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat ditemukan sifat,
definisi, teorema, ataupun aturan oleh siswa sendiri.
2.
Didactical
Phenomenology
Topik-topik matematika disajikan
atas dasar aplikasinya dan kontribusinya bagi perkembangan matematika.
Pembelajaran matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi atau
memberitahu siswa dan memakai matematika yang sudah siap pakai untuk memecahkan
masalah, diubah dengan menjadikan masalah sebagai sarana utama untuk mengawali
pembelajaran sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba memecahkannya.
3.
Self-developed
Models
Pada waktu
siswa mengerjakan masalah kontekstual, siswa mengembangkan suatu model. Model ini
diharapkan dibangun sendiri oleh siswa. kebebasan yang diberikan kepada siswa
untuk memecahkan masalah secara mandiri atau kelompok, dengan sendirinya akan
memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah buatan bagi siswa. Menurut
Supinah (2009: 74) pada pembelajaran dengan Realistic Mathematics Education (RME)
diharapkan terjadi urutan “situasi nyata” → ”model dari situasi itu” → ”model kearah formal” →”pengetahuan formal”.
Dalam laporan penelitian yang berjudul “Pengembangan Kompetensi Guru
Matematika SMP RSBI Melalui Lesson Study (Marsigit, dkk: 31) bahwa Realistics Mathematics
Education (RME).meliputi
kemampuan guru memfasilitasi belajar matematika melalui tahap-tahap pemanfaatan
Dunia Nyata (R1), Pembentukan Skema (R2), Pembangun Pengetahuan (R3), dan
Formal Abstrak (R4). Berikut adalah skema dari sebuah model Realistic Mathematics
Education (RME).
Berikut
ini ditampilkan deskripsi dan iceberg (pendekatan gunung es) pada proses
pembelajaran menemukan luas persegi panjang. Langkah-langkah mulai dari
menyajikan dalam dunia nyata hingga pada bentuk formal abstrak adalah sebagai
berikut:
Berikut
adalah deskripsi penjelasan dari masing-masing tahap pembelajaran pendekatan
gunung es untuk menemukan luas persegi panjang.
Mata
Pelajajaran : Matematika
Kelas/ Semester : 3 SD/ II
SK : Menghitung keliling, luas persegi dan persegi panjang,
serta penggunaannya dalam pemecahan masalah.
KD :
5.2 Menghitung luas persegi panjang
1.
Dunia
Nyata
Melakukan Tanya jawab kepada siswa
untuk menyebutkan macam benda berbentuk persegi pajang yang ada di lingkungan
kelas dan lingkungan sekitar. Selanjutnya anak mengidentifikasi bahwa
benda-benda yang telah disebutkan mempunyai panjang dan lebar.
2.
Pembentukan
Skema
Kaitkan benda-benda yang berbentuk
persegi panjang dengan konsep pengubinan, misalkan lantai yang tersusun dari
keramik. Memberikan pemahaman bahwa satu keramik yang tersusun dikatakan
sebagai satu persegi satuan. Siswa menalar bahwa susuan persegi satuan tersebut
dapat dihitung.
3.
Pembangun
Pengetahuan
Menutup bangun persegi panjang dengan
satuan luas berupa persegi satuan. Minta kepada siswa untuk membuat variasi
persegi satuan lainnya dengan ukuran berbeda, dan seterusnya sehingga dapat dikembangkan
sendiri dengan berbagai ukuran persegi panjang dan berbagai ukuran persegi
satuan. Setelah itu hitung banyaknya persegi satuan yang menutupi daerah
persegi panjang tersebut. Selanjutnya, masing-masing persegi panjang dalam
berbagai variasi ukuran ditutup oleh persegi dalam berbagai ukuran, hanya pada
satu baris dan satu kolom saja. Kegiatan
ini dilakukan untuk menentukan panjang dan lebar persegi panjang dalam persegi
satuan yang digunakan. Dalam contoh di atas ditemukan bahwa panjangnya 8 satuan
dan lebarnya 4 satuan. Jika dihitung hasil kali dari 8 dan 4 adalah 32 ( 8 x 4
= 32 persegi satuan) yang berarti senilai dengan luas persegi panjang yang
telah dihitung langsung pada langkah sebelumnya.
4.
Formal
Abstrak
Siswa menyimpulkan bahwa kolom pada model
persegi panjang yang digunakan adalah panjang (P), sedangkan barisnya
menunjukkan lebar (l).
Sehingga siswa dapat menyimpulkan bahwa luas persegi panjang adalah:
Luas persegi panjang = panjang x lebar
Atau L = P x l
Referensi:
Supinah
dan Agus D.W,. 2009. Modul Matematika SD
Program Bermutu, Strategi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar.
Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik
dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika.
Marsigit,
dkk. 2010. Laporan Penelitian
Pengembangan Kompetensi Guru Matematika SMP RSBI Melalui Lesson Study.
Yogyakarta: Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam-UNY.
Oleh:
Awal Nur Kholifatur Rosyidah
14712251021
Pendidikan Dasar
Konsentrasi Praktisi (Guru Kelas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar