Total Tayangan Halaman

Selasa, 03 Maret 2015

Refleksi Perkuliahan 1

“Sembari Tertawa Sembari Belajar”
Rabu, 11 Februari 2015

Perkuliahan pertama “Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan Dasar” yang dilaksanakan di Ruang 200 B Gedung Pasca Lama dengan dosen Prof. Marsigit cukup mengesankan, memberi kesan tersendiri bagi saya. Pasalnya hari itu kami mahasiswa praktisi PPS UNY yang berjumlah 9 orang, kali pertama bertatap mukan dengan beliau. Awalnya saya cukup bertanya-tanya dan menebak dalam hati:
“ehm, Bapaknya kayak apa ya, baik ga ya, galak ga ya?”
“Cara mengajarnya kayak apa ya?”
Perasaan yang saya rasa cukup umum untuk mahasiswa pada pertama kuliah, karena hari itu, merupakan minggu pertama perkuliahan di awal semester genap ini.
Well, tepat jam 7 Bapak dosen pun datang.
Ada yang berbeda perkuliahan kali ini dengan biasanya. Mungkin karena jumlah mahasiswanya yang special, maka Prof. Marsigit berinisiatif untuk memvariasikan model tempat duduk dengan bentuk melingkar. Menurut kami, ini sangat mengapresiasi sekali karena mendapatkan kesan tidak ada jarak antara dosen dengan mahasiswa.


Posisi duduk model melingkar

“Tak kenal maka tak sayang” untuk mendekatkan kami semua maka dilanjutkan dengan perkenalan dari pihak mahasiswa satu persatu, kemudian diteruskan oleh Prof. Marsigit sendiri. Ada satu perasaan senang, setelah beliau memaparkan bahwa beliau berasal dari Kebumen, sebuah kota kecil di sebelah baratnya Jogja (baratnya Kulon Progo, baratnya Wates, barat-baratnya lagi). Nah, karena beliau berasal dari Kebumen dan mahasiswa praktisi sebagian banyak itu berasal dari “luar Jogja” itu tadi baratnya kota Jogja yaitu Banyumas, Banjarnegara, Purworejo atau daerah kulon. Maka lebih banyak bahkan mungkin pertemuan pertama kemarin beliau menggunakan bahasa ngapak yaitu bahasa kesehariannya masyarakat kulon.
Setelah perkenalan, kemudian Prof. Marsigit mulai menjelaskan tentang deskripsi mata kuliah yaitu seputar Pengembangan Learning Trajectory.

Learning Ttrajectory menjelaskan tentang bagaimana siswa belajar, bagaimana cara siswa berpikir, dan bagaimana seorang guru dapat menyelenggarakan Proses Belajar Mengajar (PBM) (Teaching Trajectory). Ketika seseorang belajar maka ia akan berusaha, ia akan mengerahkan kemampuannya untuk bisa memahami tentang apa yang ia lihat, tentang apa yang ia rasakan. Sehingga setelah belajar diharapkan ada suatu kompetensi atau kecerdasan yang muncul kemudian terbentuk pada siswa itu sendiri. Kecerdasan muncul tentunya disebabkan oleh faktor-faktor penentu cerdas yang lain. Unsur cerdas (kompetensi), merupakan hal yang paling umum dapat dimulai dari sikap, keterampilan, dan ditunjang oleh pengetahuan (ilmu), sikap, niat, dan pengalaman.
Saat pertemuan perkuliahan, Prof. Marsigit tidak hanya menjelaskan tentang materi tetapi juga banyak bercerita tentang makna dari sebuah kehidupan.
Apabila seseorang ingin terampil dalam menekuni suatu hal maka dasarilah semuanya itu dengan NIAT. Kenapa niat? Ya, semua kegiatan harus dilandasi dengan niat. Begitu juga apabila kita ingin sukses dalam pekerjaan, maka kunci pertama adalah niat. Kemudian laksanakan/ aplikasikan dan tekunilah.  
Apabila ingin menjadi guru harus dilandasi dengan niat dahulu, harus mulai menyenangi dunia anak kecil, kemudian latihan untuk menyenangi, mempelajari aspek-aspek lainnya. Tidak hanya mampu atau menguasai materinya saja, tetapi perlu juga untuk memikirkan semua aspek di dalamnya. misal faktor perkembangan peserta didik, sumber belajar, media pembelajaran, model dan strategi pembelajaran, administrasi pembelajaran. Sehingga pendidik atau guru diharapkan terampil dan berkompeten.
Dalam berlearning trajectory maka sseorang harus berpikir tinggi/ HOT (High Order Thinking). Tentunya dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya, batasan usia anak SD tentunya berbeda dengan tingkatan anak di atasnya.
Asumsi Adult Learner: (1) motivasi/niat; (2) mandiri; (3) bekerja sama; (4) rasa ingin tahu (curiousity); (5) mampu beradaptasi/ menyesuaikan diri terhadap ruang dan waktu; (6) adopsi; (7) pemanfaatan ilmu yang berasal dari diri sendiri (intrinsik), orang lain (ekstrinsik), dan jejaring sistemik (net working). Ilmu itu harus dimanfaatkan kepada sesama; (8) membangun hidup, yaitu dengan pendidikan atau (membangun learning trajectory) dengan cara hermenitik. Hermenitik adalah proses interaksi atau silaturahmi terhadap sesama, menjalin kekerabatan dengan sesama dengan maksud mendapatkan kebermaknaan tentang kehidupan. Misal, antara guru dengan murid maka akan menghasilkan kepintaran atau kepandaian bagi murid itu sendiri. Antara dosen dengan mahasiswa maka akan menghasilkan kepintaran atau kepandaian bagi mahasiswa itu sendiri.
Itu semua diperolehnya melalui proses hermenitika, proses menerjemahkan an diterjemahkan.

100 menit mengikuti perkuliahan, mendengarkan penjelasan dosen baru kali ini begitu menikmati, begitu asik mengikuti dan mendengarkannya. Karena apa?, karena cara Profesor menyampaikan materi yang unik,lain dari yang lain, dan enjoy (joy full). Terbukti lho, hampir selama perkuliahan diiringi dengan tawa renyah dari Bapak Dosen.
Hal ini juga yang bisa kita petik, dapat kita tiru bahwa nanti pada saat mengajar siswa yang pertama adalah kuasai kelas, ciptakan suasana yang menyenangkan, tidak menegangkan, dan akrablah dengan siswa. Karena dengan semua itu, siswa di kelas akan menjadi nyaman dan selanjutnya materi yang kita sampaikan, insyaalloh bisa diterima dengan baik dan proses pembelajaran akan berkualitas serta bermakna.


----------END---------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar