“Sembari Tertawa Sembari Belajar”
Rabu,
11 Februari 2015
Perkuliahan pertama
“Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan Dasar” yang dilaksanakan di Ruang
200 B Gedung Pasca Lama dengan dosen Prof. Marsigit cukup mengesankan, memberi
kesan tersendiri bagi saya. Pasalnya hari itu kami mahasiswa praktisi PPS UNY
yang berjumlah 9 orang, kali pertama bertatap mukan dengan beliau. Awalnya saya
cukup bertanya-tanya dan menebak dalam hati:
“ehm, Bapaknya kayak apa ya, baik ga
ya, galak ga ya?”
“Cara mengajarnya kayak apa ya?”
Perasaan yang saya rasa cukup umum
untuk mahasiswa pada pertama kuliah, karena hari itu, merupakan minggu pertama
perkuliahan di awal semester genap ini.
Well, tepat jam 7 Bapak dosen pun
datang.
Ada yang berbeda perkuliahan kali
ini dengan biasanya. Mungkin karena jumlah mahasiswanya yang special, maka
Prof. Marsigit berinisiatif untuk memvariasikan model tempat duduk dengan bentuk
melingkar. Menurut kami, ini sangat mengapresiasi sekali karena mendapatkan
kesan tidak ada jarak antara dosen dengan mahasiswa.
Posisi duduk model melingkar
“Tak kenal maka tak sayang” untuk
mendekatkan kami semua maka dilanjutkan dengan perkenalan dari pihak mahasiswa
satu persatu, kemudian diteruskan oleh Prof. Marsigit sendiri. Ada satu
perasaan senang, setelah beliau memaparkan bahwa beliau berasal dari Kebumen,
sebuah kota kecil di sebelah baratnya Jogja (baratnya Kulon Progo, baratnya Wates,
barat-baratnya lagi). Nah, karena beliau berasal dari Kebumen dan mahasiswa
praktisi sebagian banyak itu berasal dari “luar Jogja” itu tadi baratnya kota
Jogja yaitu Banyumas, Banjarnegara, Purworejo atau daerah kulon. Maka lebih
banyak bahkan mungkin pertemuan pertama kemarin beliau menggunakan bahasa
ngapak yaitu bahasa kesehariannya masyarakat kulon.
Setelah perkenalan, kemudian Prof.
Marsigit mulai menjelaskan tentang deskripsi mata kuliah yaitu seputar Pengembangan
Learning Trajectory.
Learning Ttrajectory menjelaskan tentang
bagaimana siswa belajar, bagaimana cara siswa berpikir, dan bagaimana seorang
guru dapat menyelenggarakan Proses Belajar Mengajar (PBM) (Teaching Trajectory). Ketika seseorang belajar maka ia akan
berusaha, ia akan mengerahkan kemampuannya untuk bisa memahami tentang apa yang
ia lihat, tentang apa yang ia rasakan. Sehingga setelah belajar diharapkan ada
suatu kompetensi atau kecerdasan yang muncul kemudian terbentuk pada siswa itu
sendiri. Kecerdasan muncul tentunya disebabkan oleh faktor-faktor penentu
cerdas yang lain. Unsur cerdas (kompetensi), merupakan hal yang paling umum dapat
dimulai dari sikap, keterampilan, dan ditunjang oleh pengetahuan (ilmu), sikap,
niat, dan pengalaman.
Saat pertemuan perkuliahan, Prof.
Marsigit tidak hanya menjelaskan tentang materi tetapi juga banyak bercerita
tentang makna dari sebuah kehidupan.
Apabila seseorang ingin terampil
dalam menekuni suatu hal maka dasarilah semuanya itu dengan NIAT. Kenapa niat? Ya, semua kegiatan
harus dilandasi dengan niat. Begitu juga apabila kita ingin sukses dalam
pekerjaan, maka kunci pertama adalah niat. Kemudian laksanakan/ aplikasikan dan
tekunilah.
Apabila ingin menjadi guru harus dilandasi
dengan niat dahulu, harus mulai menyenangi dunia anak kecil, kemudian latihan
untuk menyenangi, mempelajari aspek-aspek lainnya. Tidak hanya mampu atau
menguasai materinya saja, tetapi perlu juga untuk memikirkan semua aspek di
dalamnya. misal faktor perkembangan peserta didik, sumber belajar, media
pembelajaran, model dan strategi pembelajaran, administrasi pembelajaran. Sehingga
pendidik atau guru diharapkan terampil dan berkompeten.
Dalam berlearning trajectory maka sseorang harus berpikir tinggi/ HOT (High Order Thinking). Tentunya dalam
mengembangkan kemampuan berpikirnya, batasan usia anak SD tentunya berbeda
dengan tingkatan anak di atasnya.
Asumsi Adult Learner: (1)
motivasi/niat; (2) mandiri; (3) bekerja sama; (4) rasa ingin tahu (curiousity); (5) mampu beradaptasi/
menyesuaikan diri terhadap ruang dan waktu; (6) adopsi; (7) pemanfaatan ilmu
yang berasal dari diri sendiri (intrinsik), orang lain (ekstrinsik), dan
jejaring sistemik (net working). Ilmu
itu harus dimanfaatkan kepada sesama; (8) membangun hidup, yaitu dengan
pendidikan atau (membangun learning trajectory) dengan cara hermenitik. Hermenitik
adalah proses interaksi atau silaturahmi terhadap sesama, menjalin kekerabatan
dengan sesama dengan maksud mendapatkan kebermaknaan tentang kehidupan. Misal,
antara guru dengan murid maka akan menghasilkan kepintaran atau kepandaian bagi
murid itu sendiri. Antara dosen dengan mahasiswa maka akan menghasilkan
kepintaran atau kepandaian bagi mahasiswa itu sendiri.
Itu semua diperolehnya melalui
proses hermenitika, proses menerjemahkan an diterjemahkan.
100 menit mengikuti
perkuliahan, mendengarkan penjelasan dosen baru kali ini begitu menikmati,
begitu asik mengikuti dan mendengarkannya. Karena apa?, karena cara Profesor
menyampaikan materi yang unik,lain dari yang lain, dan enjoy (joy full). Terbukti lho, hampir selama
perkuliahan diiringi dengan tawa renyah dari Bapak Dosen.
Hal ini juga yang bisa kita petik, dapat
kita tiru bahwa nanti pada saat mengajar siswa yang pertama adalah kuasai
kelas, ciptakan suasana yang menyenangkan, tidak menegangkan, dan akrablah
dengan siswa. Karena dengan semua itu, siswa di kelas akan menjadi nyaman dan
selanjutnya materi yang kita sampaikan, insyaalloh bisa diterima dengan baik dan
proses pembelajaran akan berkualitas serta bermakna.
----------END---------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar