ULAR-ULAR KANGGO SANGUNING URIP
Rabu, 6 Mei
2015 seperti biasa Prof. Marsigit mengisi kuliah “Pengembangan Learning
Trajectory Pendidikan Dasar”. Ada yang berbeda dari kuliah pagi ini, beliau
memberikan sebuah wejangan kehidupan. Wejangan tersebut diperoleh berdasarkan
pengalaman ketika Prof. Marsigit memberikan pengantar (pasrah penganten) dari
pihak laki-laki kepada pihak perempuan yang dilanjutkan memberi ular-ular,
berupa saran dan nasehat. Pengantar atau wejangan tentang sebuah penggambaran bagi
sepasang calon suami istri sebelum memasuki gerbang kehidupan keluarga yang
sesungguhnya. Wejangan ini sebagai bentuk refleksi diri agar dapat dijadikan
suatu arahan dalam hidupnya untuk bertindak lebih bijaksana.
Komponen-komponen
yang terdiri dari will, attitude, knowledge, skill, dan experiences diperlukan
saat kita menggeluti dan melaksanakan sebuah proses kegiatan. Setiap kegiatan
membutuhkan komponen-komponen seperti yang dijelaskan di atas. Bahkan tiap-tiap
profesi pekerjaan dilakukan dengan harus berdasarkan komponen tersebut, jika
diniati dengan adanya niat yang didasari pada hati dan perasaan (angrasa)
ikhlas dan proses kesungguhan dalam dirinya. Kemudian dengan dibentuk suatu
sikap berani (wani) dan ikhtiar dalam proses pencapaiannya, melalui suatu
strategi (iguh lan pertikel) dan metode akan terbentuk suatu ilmu pengetahuan,
sehingga akan membentuk keterampilan hidup atau kebisaan (bisa) dalam
mempraktikkan suatu hal. Semua ini dilakukan dan akan berproses serta mengarah
pada suatu pengalaman. Melalui pengalaman-pengalaman itu diperoleh dari proses
silaturahim (srawung kanthi luwes) antar sesama yang saling menerjemahkan dan
diterjemahkan.
Dari komponen
yang dijabarkan pada setiap unsur-unsurnya, kemudian dipilih suatu kata dalam
bahasa Jawa yang cukup mewakili dari semua unsur-unsur tersebut, sehingga
diperoleh suatu kalimat menjadi “Angrasa wani adhedasar ngelmu, iguh lan
pertikel, supaya bisa srawung kanthi luwes lan wicaksana”. Kalimat tersebut sangat relevan untuk semua generasi
muda, yang akan menuju dan membangun sebuah “kehidupan keluarga”. Wejangan
tersebut dijadikan sebagai sangu atau modal. Angrasa dasarnya berada pada hati,
tidak ada paksaan, semuanya didasari dengan perasaan senang, perasaan menyadari
dan doa di dalam hati masing-masing, sehingga akan tercipta suatu kehidupan
keluarga sakinah.
Prof. Marsigit
memberikan wejangan ini tidak hanya ditujukan sebagai modal untuk masuk pada
kehidupan keluarga, melainkan dapat dikaitkan pula dengan proses belajar
mengajar di kelas. Pada sebuah proses
pembelajaran keberadaan ilmu pengetahuan diproses menggunakan metode dan
strategi secara bijaksana yang harus dikaitkan berdasarkan ruang dan waktu. Begitu
juga dengan seorang guru yang mengajar matematika ketika dihadapkan pada siswa
harus menduga-duga dan mengira-ira. Terlebih lagi guru harus mengolah bahan
ajar, mengolah materi yang dipilih sebelum diajarkan kepada siswa. Tidak serta
merta semua materi yang terdapat dalam bahan ajar diajarkan semuanya kepada
siswa tanpa guru mengetahui muatan materi, tepat atau tidak menggunakan metode
atau cara penyelesaiannya. Semua mempunyai cara yang fleksibel disesuaikan
dengan pengalaman sehari-hari dan kebutuhan belajar pada siswa itu sendiri.
Awal Nur Kholifatur Rosyidah
14712251021
Pendidikan Dasar
Konsentrasi Praktisi (Guru Kelas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar