Total Tayangan Halaman

Sabtu, 09 Mei 2015

ULAR-ULAR KANGGO SANGUNING URIP


Rabu, 6 Mei 2015 seperti biasa Prof. Marsigit mengisi kuliah “Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan Dasar”. Ada yang berbeda dari kuliah pagi ini, beliau memberikan sebuah wejangan kehidupan. Wejangan tersebut diperoleh berdasarkan pengalaman ketika Prof. Marsigit memberikan pengantar (pasrah penganten) dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan yang dilanjutkan memberi ular-ular, berupa saran dan nasehat. Pengantar atau wejangan tentang sebuah penggambaran bagi sepasang calon suami istri sebelum memasuki gerbang kehidupan keluarga yang sesungguhnya. Wejangan ini sebagai bentuk refleksi diri agar dapat dijadikan suatu arahan dalam hidupnya untuk bertindak lebih bijaksana.
Komponen-komponen yang terdiri dari will, attitude, knowledge, skill, dan experiences diperlukan saat kita menggeluti dan melaksanakan sebuah proses kegiatan. Setiap kegiatan membutuhkan komponen-komponen seperti yang dijelaskan di atas. Bahkan tiap-tiap profesi pekerjaan dilakukan dengan harus berdasarkan komponen tersebut, jika diniati dengan adanya niat yang didasari pada hati dan perasaan (angrasa) ikhlas dan proses kesungguhan dalam dirinya. Kemudian dengan dibentuk suatu sikap berani (wani) dan ikhtiar dalam proses pencapaiannya, melalui suatu strategi (iguh lan pertikel) dan metode akan terbentuk suatu ilmu pengetahuan, sehingga akan membentuk keterampilan hidup atau kebisaan (bisa) dalam mempraktikkan suatu hal. Semua ini dilakukan dan akan berproses serta mengarah pada suatu pengalaman. Melalui pengalaman-pengalaman itu diperoleh dari proses silaturahim (srawung kanthi luwes) antar sesama yang saling menerjemahkan dan diterjemahkan.
Dari komponen yang dijabarkan pada setiap unsur-unsurnya, kemudian dipilih suatu kata dalam bahasa Jawa yang cukup mewakili dari semua unsur-unsur tersebut, sehingga diperoleh suatu kalimat menjadi “Angrasa wani adhedasar ngelmu, iguh lan pertikel, supaya bisa srawung kanthi luwes lan wicaksana”. Kalimat tersebut sangat relevan untuk semua generasi muda, yang akan menuju dan membangun sebuah “kehidupan keluarga”. Wejangan tersebut dijadikan sebagai sangu atau modal. Angrasa dasarnya berada pada hati, tidak ada paksaan, semuanya didasari dengan perasaan senang, perasaan menyadari dan doa di dalam hati masing-masing, sehingga akan tercipta suatu kehidupan keluarga sakinah. 
Prof. Marsigit memberikan wejangan ini tidak hanya ditujukan sebagai modal untuk masuk pada kehidupan keluarga, melainkan dapat dikaitkan pula dengan proses belajar mengajar di kelas. Pada sebuah proses pembelajaran keberadaan ilmu pengetahuan diproses menggunakan metode dan strategi secara bijaksana yang harus dikaitkan berdasarkan ruang dan waktu. Begitu juga dengan seorang guru yang mengajar matematika ketika dihadapkan pada siswa harus menduga-duga dan mengira-ira. Terlebih lagi guru harus mengolah bahan ajar, mengolah materi yang dipilih sebelum diajarkan kepada siswa. Tidak serta merta semua materi yang terdapat dalam bahan ajar diajarkan semuanya kepada siswa tanpa guru mengetahui muatan materi, tepat atau tidak menggunakan metode atau cara penyelesaiannya. Semua mempunyai cara yang fleksibel disesuaikan dengan pengalaman sehari-hari dan kebutuhan belajar pada siswa itu sendiri. 


Awal Nur Kholifatur Rosyidah
14712251021
Pendidikan Dasar
Konsentrasi Praktisi (Guru Kelas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar